Bismillah..
Sedikit info dikongsi bersama dengan harapan sekurang2nya pada diri Alani timbul keinsafan kerana sering lalai untuk beribadat kepadaNya. Alpa dan leka dengan kelazatan kemewahan keindahan dan kenikmatan duniawi yang bersifat sementara ini. Bahan bacaan berbentuk hiburan sama ada cetakan atau elektronik sangat mudah didapati dan kita mudah terpengaruh dan terjerumus ke arus kesesatan jauh dari . Entri kali ini adalah berkaitan su'ul khatimah. Semoga ada perolehan manfaat dari membacanya dan kita bukanlah golongan ini di kesudahan hayat di dunia ini.
Apa itu su'ul khatimah.. tatkala dewasa ni baru saya mendengarnya..
su'ul khatimah(pengakhiran yang buruk) adalah meninggal dunia seseorang itu dalam keadaan berpaling dari Allah swt, dalam keadaan dimurkaiNya serta meninggalkan kewajiban dari Allah swt.
Setiap manusia akan menempuh alam barzakh iaitu kematian, yang merupakan salah satu pit stop suatu perjalanan menuju destinasinya akhirat. Hakikat ini wajib diterima sebagai orang Islam yang beriman kepadaNya. Justeru andai saat kematian kita pengakhiran hayat di dunia adalah suul khatimah... nauzibillah Semoga Allah swt tidak meletakkan kita dalam golongan ini.... inilah yang dikhuatirkan oleh para solehin dan orang yang bertaqwa... sebab itu dalam solat selaku orang islam perlu masukkan dalam doa kita agar dimatikan dalam keadaan husnul khatimah dan bukannya suul khatimah…
su'ul khatimah(pengakhiran yang buruk) adalah meninggal dunia seseorang itu dalam keadaan berpaling dari Allah swt, dalam keadaan dimurkaiNya serta meninggalkan kewajiban dari Allah swt.
Setiap manusia akan menempuh alam barzakh iaitu kematian, yang merupakan salah satu pit stop suatu perjalanan menuju destinasinya akhirat. Hakikat ini wajib diterima sebagai orang Islam yang beriman kepadaNya. Justeru andai saat kematian kita pengakhiran hayat di dunia adalah suul khatimah... nauzibillah Semoga Allah swt tidak meletakkan kita dalam golongan ini.... inilah yang dikhuatirkan oleh para solehin dan orang yang bertaqwa... sebab itu dalam solat selaku orang islam perlu masukkan dalam doa kita agar dimatikan dalam keadaan husnul khatimah dan bukannya suul khatimah…
Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih :
"Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya". [Hadis Riwayat Bukhari dan selainnya]
Sebagai hamba Allah yang soleh sangat merisaukan keadaan pengakhiran hayat mereka. Mereka melakukan amal soleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah swt agar diberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sehingga saat meninggal dunia. Golongan soleh ini sentiasa berusaha merealisasikan wasiat Allah swt bermaksud,
"Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)". [Ali Imran ayat 102]
Imam Muslim ra meriwayatkan sebuah hadis dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash ra, dia mengatakan,
"Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya.' kemudian beliau saw berdoa, “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu".
Maka saat kita menghadapi detik terakhir kehidupan di dunia ini sangat penting walaupun selama hayat kita di dunia selama ini banyak membuat kebajikan kebaikan dan beramal ibadah. Barangsiapa yang berbuat baik di dalam kehidupan dunianya hingga saat kematiannya, maka insyaa Allah akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kehinaan akan menimpanya. Allah swt tidak pernah menzalimi meskipun sedikit.
"Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya". [Hadis Riwayat Bukhari dan selainnya]
Sebagai hamba Allah yang soleh sangat merisaukan keadaan pengakhiran hayat mereka. Mereka melakukan amal soleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah swt agar diberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sehingga saat meninggal dunia. Golongan soleh ini sentiasa berusaha merealisasikan wasiat Allah swt bermaksud,
"Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)". [Ali Imran ayat 102]
Imam Muslim ra meriwayatkan sebuah hadis dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Ash ra, dia mengatakan,
"Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya.' kemudian beliau saw berdoa, “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatanMu".
Maka saat kita menghadapi detik terakhir kehidupan di dunia ini sangat penting walaupun selama hayat kita di dunia selama ini banyak membuat kebajikan kebaikan dan beramal ibadah. Barangsiapa yang berbuat baik di dalam kehidupan dunianya hingga saat kematiannya, maka insyaa Allah akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kehinaan akan menimpanya. Allah swt tidak pernah menzalimi meskipun sedikit.
“Katakanlah (wahai Muhammad), Aku tidak berkuasa menolak mudarat dan tidak juga berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Bagi setiap umat mempunyai ajal(batas waktu). Apabila ajalnya tiba mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatkan walau sesaatpun '"”. (Surah Yunus Ayat 49)
“Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan dan hanya kepadaNyalah kamu akan dikembalikan”. (Surah Yunus ayat 56)
Pilihan adalah di tangan kita sendiri samada memilih laluan kehidupan di atas jalan yang benar atau salah. Allah swt telahpun menyediakan panduan mengikut syariatNya. Al-Quran dan Sunnah yang kekal dan tidak berubah sejak lama dahulu telah dipersembahkan untuk hambaNYA. Semua persoalan dan jawapan terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah merupakan penyelamat semasa hambaNYA menghadapi sakaratul maut…
Azam diri agar kembalinya diri ini menemui Ilahi dalam redhaNya. Sekurang2nya doakan saat nyawa hendak dicabut keluar dari jasad lafaz dua kalimah syahadah menjadi penutup bicara. Biarlah kembalinya diri kepada maha Pencipta meninggalkan segala kebaikan.
Perlu sentiasa berdoa kepada Allah swt semoga kita tidak tergolong antara manusia yang berisiko dimatikan dalam Su’ul Khatimah. Suul khatimah terbahagi kepada 2 peringkat iaitu
1. Tingkatan terbesar dan terhina.
Orang yang hatinya penuh dengan keraguan dan penentangan saat sakaratul maut, kemudian ia mati dalam keadaan tetap seperti ini, maka hal ini akan menjadi penghalang antara dia dan Allah swt.
2. Tingkatan yang lebih rendah.
Orang yang hatinya cenderung kepada urusan dunia atau keinginan syahwatnya, lalu keinginan ini terpampang dalam hatinya saat sakaratul maut. Biasanya, ia meninggal dalam keadaan yang biasa ia lakukan pada masa kehidupannya. Jika buruk, maka akhirnya juga buruk.
Semoga Allah swt melindungi kita dari keduanya.
Perlu sentiasa berdoa kepada Allah swt semoga kita tidak tergolong antara manusia yang berisiko dimatikan dalam Su’ul Khatimah. Suul khatimah terbahagi kepada 2 peringkat iaitu
1. Tingkatan terbesar dan terhina.
Orang yang hatinya penuh dengan keraguan dan penentangan saat sakaratul maut, kemudian ia mati dalam keadaan tetap seperti ini, maka hal ini akan menjadi penghalang antara dia dan Allah swt.
2. Tingkatan yang lebih rendah.
Orang yang hatinya cenderung kepada urusan dunia atau keinginan syahwatnya, lalu keinginan ini terpampang dalam hatinya saat sakaratul maut. Biasanya, ia meninggal dalam keadaan yang biasa ia lakukan pada masa kehidupannya. Jika buruk, maka akhirnya juga buruk.
Semoga Allah swt melindungi kita dari keduanya.
Apakah perkara atau tingkah laku atau lisan yang bersifat Suul Khatimah yang wajib diketahui agar kita dapat berhati-hati darinya? Yang paling ketara adalah masa berlalu diisi dengan kesibukan mencari atau memperoleh rezeki dunia, syirik, tidak istiqamah di jalanNya, lemah iman, rosak akidah dan terus menerus dalam kemaksiatan serta keingkaran. Segala aktiviti yang dilakukan atau disukai dalam mengisi masa hidupnya, akan menjelma dalam ingatan di saat ajal menyapanya. Jika perkara dan tingkahlakunya adalah perkara ketaatan pada Allah swt, maka ketika datangnya kematian ia akan mengingati ketaatannya. Jika ia lebih condong berbuat maksiat dan ingkar perintahNya, maka itulah yang akan kerap muncul ketika datang kematiannya.
Diri merasa takut untuk berpisah dengan apa yang disukainya dan menjadi kebiasaannya. Berkata Ibnul Qayyim, "Oleh kerana itu – Wallahua'lam – sering kali orang yang akan meninggal mengucapkan apa yang disukainya dan banyak kali ia menyebutnya bahkan mungkin rohnya keluar dalam keadaan ia mengucapkan kalimat tersebut. Ramai orang hobinya main catur dan di saat sakaratul maut mereka mengatakan, "Rajanya mati", dan sebahagian yang lain mendendangkan syair sampai ia meninggal, kerana dahulunya ia adalah penyanyi.
Ada seseorang yang mengkhabarkan kepadaku bahawa salah satu kerabatnya adalah seorang pedagang kain, di saat ajalnya datang ia menyatakan, "Kain ini bagus, sesuai untukmu, barang ini murah, menyamai ini dan itu", sampai ia meninggal dunia."
Mujahid berkata, "Tidak ada seorangpun yang akan meninggal dunia, kecuali akan diperlihatkan padanya teman yang biasa duduk bersamanya, baik itu mereka yang hobi bermain, mahupun yang gemar berzikir.
Ada orang hobinya main catur, ketika sakaratul maut, dikatakan padanya, "Ucapkanlah Laa ilaaha illallah, maka ia mengatakan, "Rajamu", kemudian ia meninggal. Ia mengucapkan kalimat yang biasa ia katakan ketika bermain (catur) semasa hidupnya, sehingga ia mengganti kalimat tauhid dengan (Rajamu). Keadaannya tidak berbeza dengan orang yang terbiasa minum minuman keras, ketika ajalnya datang, dan saat orang mentalqinkannya untuk mengucap syahadah, tetapi ia tetap mengatakan, "Minum dan berilah aku minum), lalu ia pun meninggal. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'Aliyyil 'Adziim."
Demikianlah keadaan orang yang bertambah umurnya, tetapi dalam waktu yang sama bertambah keburukannya hinggakan dalam umur dewasanya keburukan lebih banyak dibandingkan ketika masa kecilnya. Mereka biasanya sukar untuk bertaubat dan tidak mendapat taufiq untuk beramal soleh yang boleh menghapus dosa yang telah dilakukannya dahulu. Dikhuatiri ia akan menghadapi su'ul khatimah sebagaimana terjadi kepada orang yang sebelum dan sepertinya yang telah meninggal dengan membawa kotoran dan belum atau tidak sempat bersuci darinya. Ini adalah tipu daya syaitan terhadap kita di saat datangnya ajal, saat syaitan masih boleh memerangi hamba Allah pada kali terakhirnya. Berikut adalah petikan kisah2 zaman dahulu bagaimana saat pengakhiran hayat di dunia untuk difikirkan dan manfaat ilmu
Al ‘Alamah Ibnul Qayyim ra bercerita mengenai seseorang yang diketahui menggemari musik dan mendendangkannya. Tatkala ajal menjemputnya, dia diingatkan, katakanlah, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , (tetapi) dia enggan justeru mulai meracau mendendangkan lagu sehingga meninggal tanpa mengucapkan kalimah tauhid.
Dari Sa'id bin Musayyab dari ayahnya berkata, ketika Abu Thalib mendekati ajalnya, Rasulullah saw mendatanginya sementara berdekatan Abu Thalib ada Abu Jahal bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah, maka Rasulullah saw bersabda,
"Wahai pamaku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, satu kalimat yang akan aku jadikan saksi di hadapan Allah".
Maka dibalas Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata pada Abu Thalib,
"Wahai Abu Thalib, apakah engkau berpaling dari ajaran Abdul Muthalib?"
Rasulullah saw tidak berhenti-henti menasihati bapa saudaranya itu, begitu juga Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah sehinggalah sampai pada akhir hayatnya Abu Thalib mengucapkan bahawa ia mengikuti ajaran Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah...nauzubillah...
Rasulullah saw tidak berhenti-henti menasihati bapa saudaranya itu, begitu juga Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah sehinggalah sampai pada akhir hayatnya Abu Thalib mengucapkan bahawa ia mengikuti ajaran Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah...nauzubillah...
Diriwayatkan bahawa lebih banyak syaitan hadir di saat anak Adam sedang mengalami sakaratul maut dan saat rohnya keluar yang akan menawarkan padanya semua agama selain Islam. (Ia datang) dengan rupa orang yang memberi nasihat dan yang dipercayai seperti ayahnya, ibunya, saudara-mara atau teman setia, lalu berkata, "Matilah dalam keadaan Yahudi, kerana ia adalah agama yang diterima di sisi Allah". Atau ia berkata, "Matilah dalam keadaan Nasrani yang merupakan agama Al-Masih dan diterima di sisi Allah swt." Syaitan tidak berhenti mengajak kepada keyakinan agama selain agama Islam dengan harapan orang yang mengharungi saat sakaratul maut ini meninggal dunia mengakui ajaran selain Islam. Nauzubillah...
Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal, "Aku menghadiri saat wafatnya ayahku, Ahmad dan tanganku memegang secebis kain untuk memegang janggutnya. Beliau tidak sedar kemudian terbangun dan mengatakan dengan isyarat tangannya: "Tidak, masih belum". Beliau mengulanginya berkali-kali. Maka aku katakan padanya, "Wahai ayahku, apa yang ternampak olehmu? Ayah menjawab, "Syaitan berdiri sambil menggigit terompahku dan mengatakan, "Wahai Ahmad, engkau telah selamat dariku", maka aku mengatakan, "Tidak, masih belum sampai aku meninggal dunia"."
Al-Qurtubi berkata, "Aku mendengar guru kami Imam Abul 'Abbas Ahmad bin Umar Al-Qurtubi berkata, "Aku menyaksikan saat menjelang wafatnya saudara guru kami Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad Al-Qurtubi di Qurtubah. Dikatakan kepadanya Laa ilaaha illallah, tetapi ia mengucapkan, "Tidak, Tidak". Setelah ia sedar, kami mengingatkan hal tersebut padanya, maka ia menceritakan bahawa ada dua syaitan yang ada di sebelah kanan dan kirinya mengatakan salah satu dari keduanya membisikkan, 'Matilah dalam keadaan Yahudi, kerana ia adalah sebaik-baik agama'. Dan syaitan yang satunya berkata, 'Matilah dalam keadaan Nasrani, karena ia adalah sebaik-baik agama'. Maka aku mengatakan pada keduanya, "Tidak, Tidak, Apakah kepadaku kalian menawarkan hal ini?"
Berkata Ibnul Jauzi, "Aku melihat sebahagian orang beribadah dalam masa tertentu lalu berhenti, maka ada yang menyampaikan padaku bahawa orang tersebut berkata, "Aku telah beribadah pada Allah dengan ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun juga.
Tidak ada yang ingin mengalami su'ul khatimah. Semoga Allah swt melindungi kita darinya. Pada orang yang suci lahir dan batinnya mengabdikan diri kepada Allah swt dan juga benar dalam segala ucapan dan perbuatannya maka belum pernah terjadi hal yang demikian itu pada mereka. Su'ul khatimah hanya akan dialami oleh orang yang rosak keyakinan batinnya, rosak amalannya, yang berani melakukan dosa besar dan kejahatan sehingga terbiasa melakukannya secara terangan, kelak ajal menjemputnya sebelum ia sempat bertaubat...nauzubillah.. melainkan dan semoga Allah swt sentiasa memberi petunjukNya kita....
Kisah yang dibawakan oleh Ibnul Qayyim ra dalam kitabnya, al Jawaabul Kaafi, bahawa ada seorang hamba Allah pada saat sakaratul maut, dia diingatkan, “Ucapkanlah, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ “ Lalu orang itu menjawab, “Apa gunanya bagiku. Aku pun tidak pernah mengerjakan solat kerana Allah, meskipun sekali,” akhirnya ia pun tidak mengucapkannya.
Al Hafizh Rajab ra dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, menukil dari salah satu ulama, ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad berkata, “Aku menyaksikan seorang yang ketika hendak meninggal ditalqin (diajari) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Akan tetapi, ia mengingkarinya pada akhir ucapannya."
Kisah yang dibawakan oleh Ibnul Qayyim ra dalam kitabnya, al Jawaabul Kaafi, bahawa ada seorang hamba Allah pada saat sakaratul maut, dia diingatkan, “Ucapkanlah, لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ “ Lalu orang itu menjawab, “Apa gunanya bagiku. Aku pun tidak pernah mengerjakan solat kerana Allah, meskipun sekali,” akhirnya ia pun tidak mengucapkannya.
Al Hafizh Rajab ra dalam kitab Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, menukil dari salah satu ulama, ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Rawwad berkata, “Aku menyaksikan seorang yang ketika hendak meninggal ditalqin (diajari) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ . Akan tetapi, ia mengingkarinya pada akhir ucapannya."
Di satu kisah lain pula, Fadhil bin 'Iyadh adalah
salah seorang tokoh syeikh tarikat dan mempunyai seorang murid kesayangan.
Muridnya tersebut tergolong salah satu murid yang paling alim di antara
murid lainnya. Sehariannya, murid Fadhil tersebut sangat santun
bertutur bicara dan sopan santun memelihara sikapnya. Oleh kerana itu,
Syeikh Fadhil pun mengajarkan semua yang diketahuinya kepada murid kesayangan ini dengan
harapan muridnya itu kelak mampu menurunkan dan menyebarkan ilmu Allah yang dipelajarinya.
Tanpa disangka ketika usia yang masih muda muridnya terserang suatu penyakit yang cukup pelik. Bahkan doktor yang merawatnya, si murid didapati tidak akan sembuh dari penyakit itu. Dalam suasana yang serba kebingungan tersebut, si murid lantas disarankan oleh doktor agar minum khamr (minuman yang memabukkan dan menghilangkan kesedaran) jika dirinya ingin sembuh dari penyakit tersebut.
"Bererti saya harus minum minuman yang memabukkan itu?" tanya si murid.
"Hanya itu yang boleh menyembuhkan penyakitmu," jawab doktor.
Tanpa diketahui oleh gurunya, murid itu pun mulai minum khamr demi kesembuhan penyakit yang dideritanya. Akibat perbuatannya, ia mula ketagihan dan mabuk setiap hari. Murid ini juga berani menghasut teman-. Bahkan dirinya juga sampai berani mengadu domba hingga menyebabkan permusuhan diantara para teman-temannya tetapi masih mampu menutupi semua perbuatannya itu di depan gurunya kerana ia murid alim pada perspektif gurunya.
Tahun berganti tahun, penyakit yang dideritai semakin parah sehingga saat mengalami sakaratul maut. Menjelang kematiannya, guru pun datang kepadanya dan duduk dekat kepalanya. Ketika guru hendak membacakan surah Yassin, tiba-tiba si murid berkata, "Wahai guruku, jangan bacakan surah ini."
Guru terdiam, lalu dirinya membimbing murid dicintainya itu agar membaca لا اله الله. Sekali lagi muridnya menolak dan berkata, "Aku tidak mahu membacanya, kerana aku tidak menyukainya."
Akhirnya murid menghembuskan nafasnya terakhir. Guru merasa hairan menyaksikan keadaan murid kesayangannya. Kemudian guru pulang dan masuk ke kamarnya dan ia berdiam diri(tertidur), lalu ia bermimpi bahawa muridnya dicampakkan ke neraka Jahannam. Dalam mimpinya ia bertanya kepada muridnya,
"Mengapa Allah mencabut makrifat darimu, padahal kamu termasuk muridku yang paling alim?"
"Allah mencabut makrifatku karena 3 hal: Pertama, namimah (mengadu domba). Kedua, menghasut, aku dengki kepada sahabat-sahabatku, dan ketiga, demi kesembuhan penyakitku, aku ikuti nasihat doktor dengan meminum khamr. Itulah tiga hal yang menyebabkan aku Su'ul Khatimah, mengakhiri hidup dalam keburukan," jawab murid dalam mimpi gurunya.
Dalam kes lain suatu hari Syeikh ‘Abdul ‘Aziz bertanya kepada hamba Allah ini. Ternyata ia seorang penagih khamr (minuman keras). Selanjutnya Syaikh ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Takutlah kalian terhadap perbuatan dosa kerana perbuatan dosa itu yang telah menjerumuskannya”.
Hal serupa juga diceritakan oleh al Hafizh adz Dzahabi ra, ada seorang yang bergaul dengan pemabuk khamr, maka saat ajalnya tiba, dan datang seseorang untuk mengajarinya syahadah, ia malah mengatakan, “Minumlah dan beri aku minum,” kemudian ia pun meninggal dunia.... astaghfirullahh..
Ibnul Qayyim ra mengemukakan sebahagian kisah di atas lalu berkata,
“Subhanallah, betapa ramai orang menyaksikan ini mendapatkan pelajaran? Apabila seorang hamba, dalam sedar, kuat, sihat serta memiliki kemampuan, boleh dikuasai syaitan, dipuaskan perbuatan maksiat yang diinginkannya, mampu membiarkan dirinya lalai dari mengingati Allah Azza wa Jalla, menahan lisannya dari mengungkap zikir, dan (begitu pula) anggota badan dari mentaatiNya, lalu bagaimana kiranya ketika keadaannya melemah, hati dan jiwanya gundah kerana sakitnya naza’ (tercabutnya nyawa) yang sedang dialami? Sementara saat itu, syaitan mengerahkan seluruh kekuatan dan fokusnya mengumpul segala kemampuannya untuk mencuri kesempatan menyesatkan hamba Allah. Sesungguhnya ini adalah puncak khatimah seorang hamba Allah. Pada masa itu, hadir syaitan yang terkuat, sementara si hamba Allah ini dalam keadaan paling lemah (kesihatan iman fizikal dan mental). Siapakah yang selamat?
Pada saat ini,
"Allah meneguhkan (iman) orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki". [Surah Ibrahim ayat 27].
Kadang kala sebahagian orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, tanda-tanda yang mengisyaratkan suul khatimah adalah seperti menolak mengucapkan kalimah syahadah, sebaliknya mengucapkan kata-kata caci maki nista dan haram, serta menampakkan kecenderungan padanya pengakhiran yang buruk.
Namun, orang melalaikan hatinya dari mengingati Allah swt, (selalu) memperturutkan nafsunya dan melampaui batas, adakah diberi petunjuk agar husnul khatimah? Orang yang rakus terhadap dunia, mencari rezeki dengan cara haram, berpaling dari jalan kebaikan, serta terus-menerus melakukan perbuatan maksiat hatinya akan jauh dari Allah swt, lalai dariNya, mengagungkan nafsunya, tunduk kepada syahwatnya, lisannya kering dari berzikir, serta anggota badannya terhalang dari ketaatan dan sibuk dengan maksiat, maka mustahil diberi petunjuk mendapat pengakhiran kehidupan yang baik (husnul khatimah). Betul tak?..
wallahualam..
Semoga Allah swt melindungi kita dari suul khatimah. Hamba Allah yang baik amalan lahiriahnya, serta batinnya juga senantiasa bersama Allah swt, jujur dalam perkataan dan perbuatan, dia tidak akan mengalami su’ul khatimah. Sebaliknya, su’ul khatimah dialami oleh orang yang rosak aqidahnya, buruk amalan lahiriahnya, berani melakukan dosa besar bahkan bebas melakukannya hingga ajal menjemput tanpa sempat bertaubat.
Orang yang berakal perlu berwaspada daripada membuka ketergantungan hati terhadap perbuatan haram dan mengharuskan hati, lisan serta anggota badannya untuk mengingat Allah swt dan tetap taat kepada Allah swt di mana jua berada.
"Ya Allah, jadikanlah amalan dan ibadah terbaik kami sebagai penutup amalan kami. Jadikanlah umur terbaik kami sebagai pengakhirannya. Dan jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari kami kembali padaMu.
Ya Allah, berilah taufik kepada kami untuk melaksanakan berbagai kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran dan laranganMu. Aamiinn"
Penghargaan: penterjemah Husnul Khatimah wa Su-uha, al Ma’na, al ‘Alamat, al Asbab, Khalid bin ‘Abdurrahman asy Syayi’, Penerbit majalah Yayasan Lajnah As-Sunnah Edisi 03/1427H Khalid bin 'Abdurrahman asy Syayi'
“Subhanallah, betapa ramai orang menyaksikan ini mendapatkan pelajaran? Apabila seorang hamba, dalam sedar, kuat, sihat serta memiliki kemampuan, boleh dikuasai syaitan, dipuaskan perbuatan maksiat yang diinginkannya, mampu membiarkan dirinya lalai dari mengingati Allah Azza wa Jalla, menahan lisannya dari mengungkap zikir, dan (begitu pula) anggota badan dari mentaatiNya, lalu bagaimana kiranya ketika keadaannya melemah, hati dan jiwanya gundah kerana sakitnya naza’ (tercabutnya nyawa) yang sedang dialami? Sementara saat itu, syaitan mengerahkan seluruh kekuatan dan fokusnya mengumpul segala kemampuannya untuk mencuri kesempatan menyesatkan hamba Allah. Sesungguhnya ini adalah puncak khatimah seorang hamba Allah. Pada masa itu, hadir syaitan yang terkuat, sementara si hamba Allah ini dalam keadaan paling lemah (kesihatan iman fizikal dan mental). Siapakah yang selamat?
Pada saat ini,
"Allah meneguhkan (iman) orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki". [Surah Ibrahim ayat 27].
Kadang kala sebahagian orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, tanda-tanda yang mengisyaratkan suul khatimah adalah seperti menolak mengucapkan kalimah syahadah, sebaliknya mengucapkan kata-kata caci maki nista dan haram, serta menampakkan kecenderungan padanya pengakhiran yang buruk.
Namun, orang melalaikan hatinya dari mengingati Allah swt, (selalu) memperturutkan nafsunya dan melampaui batas, adakah diberi petunjuk agar husnul khatimah? Orang yang rakus terhadap dunia, mencari rezeki dengan cara haram, berpaling dari jalan kebaikan, serta terus-menerus melakukan perbuatan maksiat hatinya akan jauh dari Allah swt, lalai dariNya, mengagungkan nafsunya, tunduk kepada syahwatnya, lisannya kering dari berzikir, serta anggota badannya terhalang dari ketaatan dan sibuk dengan maksiat, maka mustahil diberi petunjuk mendapat pengakhiran kehidupan yang baik (husnul khatimah). Betul tak?..
wallahualam..
Semoga Allah swt melindungi kita dari suul khatimah. Hamba Allah yang baik amalan lahiriahnya, serta batinnya juga senantiasa bersama Allah swt, jujur dalam perkataan dan perbuatan, dia tidak akan mengalami su’ul khatimah. Sebaliknya, su’ul khatimah dialami oleh orang yang rosak aqidahnya, buruk amalan lahiriahnya, berani melakukan dosa besar bahkan bebas melakukannya hingga ajal menjemput tanpa sempat bertaubat.
Orang yang berakal perlu berwaspada daripada membuka ketergantungan hati terhadap perbuatan haram dan mengharuskan hati, lisan serta anggota badannya untuk mengingat Allah swt dan tetap taat kepada Allah swt di mana jua berada.
"Ya Allah, jadikanlah amalan dan ibadah terbaik kami sebagai penutup amalan kami. Jadikanlah umur terbaik kami sebagai pengakhirannya. Dan jadikanlah hari terbaik kami sebagai hari kami kembali padaMu.
Ya Allah, berilah taufik kepada kami untuk melaksanakan berbagai kebaikan dan menjauhi semua kemungkaran dan laranganMu. Aamiinn"
Penghargaan: penterjemah Husnul Khatimah wa Su-uha, al Ma’na, al ‘Alamat, al Asbab, Khalid bin ‘Abdurrahman asy Syayi’, Penerbit majalah Yayasan Lajnah As-Sunnah Edisi 03/1427H Khalid bin 'Abdurrahman asy Syayi'
No comments:
Post a Comment